MENITI JALAN SURGA
Makalah Ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Akhlaq Tasawuf
Dosen Pengampu : H. Muhammad Hafiun
Disusun Oleh:
Sufi Amalia
NIM: 14250023
PROGRAM STUDI
ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahi
wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin,
segala puji bagi Allah sang penguasa alam, yang telah melimpahkan nikmat seta
karunianya sehingga saya dapat “merampungkan” makalah sesuai dengan tugas yang
diberikan. Solawah serta salam salam saya haturkan kepada nabi pembawa cahaya
iman, tidak lain ialah nabi Muhammad Saw, yang begitu tegar untuk memerdekakan
agama Allah yaitu agama yang “Rohmatan
lil ‘alamin”.
Pada kesempatan kali ini saya
menyampaikan beribu terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat,
kepada Dosen yang telah membimbing kami, dan kepada teman-teman yang setiap
malam lembur bersama, demi terselesaikannya makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini,
saya menyadari bahwa masih sangat banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini
baik dari segi pembahasan dan dalam segi penulisan. Semoga tugas kecil ini
dapat menyampaikan pemahaman kepada kita, sehingga kedepannya dapat menulis
lebih baik lagi.
Saya mengharap
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga allah SWT. memberkahi kita dengan
kebaikan yang berlipat ganda, serta kemanfaatan ilmu yang kita peroleh. Amin.
Wassalamu’alaikumwarohmatullahi
wabaraktuh
Yogyakarta, 28 Mei
2015
Penulis
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengingat masa berabad-abad silam, di mana
nabi Adam dan Siti Hawa hidup di surga, membuat semua umat manusia yakin bahwa
kelak kita akan kembali ke surga. Tempat yang menurut bayangan orang-orang pada
umumnya adalah tempat yang penuh dengan keindahan, kegembiraan dan hal
menyenangkan lainnya. Memang benar kelak kita akan kembali ke tempat asal kita,
yaitu Surga. Namun tidak serta-merta tanpa usaha kita akan kembali kesana.
Semua butuh perjuangan. Seperti kita mau menyebrang danau, butuh yang namanya
perjuangan untuk sampai ke tepi danau.
Allah SWT, memberi tiket murah untuk kita
menuju Surganya, namun kebanyakan manusia hanya menginginkan surganya tanpa ada
usaha. Sesungguhnya Surga adalah sebaik-baik nikmat yang Allah berikan kepada
hambanya. Nikmat dunia tidak ada bandingannya dengan yang dinamakan Surga.
Oleh karena itu makalah ini saya buat untuk
menjadi satu dari sekian banyak motifasi bagi kita untuk semangat meraih
cintanya. Hanya dengan mendapat cinta Allah, maka surga menjadi mungkin untuk
kita. Mari bersama menuju tujuan akhir yang bahagia. “Berakit-rakit kehulu,
Bersenang-senang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, Bersenang-senang kemudian”.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk siapa surga diciptakan?
2. Seperti apa surga itu?
3. Bagaimana kita memasuki surga?
C. Tujuan
Makalah
ini disusun guna melengkapi tugas Aklak Tasawuf yang diampu oleh Bapak H. Muhammad Hafiun. Isi di dalam makalah ini
membahas tentang surga diperuntukan untuk siapa? Dan bagaiman cara
kita memasuki tempat yang penuh dengan kebahagiaan tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Untuk Siapa Surga diciptakan ?
Terkadang
terbesit di pikiran kita, jika Allah sayang kepada aku kenapa dia memberi
cobaan yang tak bisa aku lewati?. Sering sekali kita mengeluh dan jarang sekali
mengucap syukur atas nikmat. Padahal semua yang ada pada diri kita dan yang
terjadi adalah nikmat yang terhingga dari-Nya. Seperti ketika kita duduk itu
adalah nikmat yang kadang kita lupakan. Coba saja ketika Allah tak memberi
nikmat duduk apa kita bisa duduk? Tidak kawan. Kita hanya bisa berbaring.
Bahkan berbaring itu juga nikmat yang Allah beri untuk kita. Coba pikir semua
yang ada hanyalah nikmat yang tak terbatas.
Masih di dunia saja sudah banyak sekali nikmat
yang Allah berikan. Apalagi jika nanti kita masuk surga, sungguh tak terkira
banyaknya nikmat yang akan kita terima. Tapi sebenarnya surga itu untuk siapa?.
Dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim menjelaskan
untuk siapa surga diciptakan.
“aku telah
menyiapkan surga untuk hamba-hambaku yang shalih, apa yang belum pernah mata
melihat, telinga belum pernah mendengar, dan tidak terbesit dalam hati
manusia.”(HR. Bukhori dan Muslim).
Allah memberikan berbagai cobaan itu bertujuan
agar kita bisa melaluinya dengan hati yang ikhlas, dengan manusia menerima apa
yang telah terjadi diharapkan manusia masuk surga tanpa hisab. Seperti dalam
firman-Nya.
“...sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas”.
B. Seperti apa surga itu?
Tak ada yang bisa membayangkan surga secara
pasti itu seperti apa. Keindahannya tak ada yang menyamai di muka Bumi ini.
Bahkan taman terindah di Dunia pun tak bisa menyamai keindahannya. Berikut sabda
Nabi tentang surga.
Nabi Saw, bersabda”Satu penyeru yang
menyeru- menyeru penghuni Surga-,”Sesungguhnya bagi kalian keselamatan, dan
kalian tidak pernah sakit, bagi kalian kehidupan dan kalian tidak akan pernah
mati, dan bagi kalian kemudahan dan kalian tidak akan pernah (menjadi) tua.”
Umur semua yang hidup di Surga adalah sekitar
tiga puluh tiga tahun. Mengapa? Tampaklah bahwa umur itu merupakan umur yang
paling matang dan umur dimana manusia berempati dengan realitas maupun makna
yang ada di sekitarnya.
Satu penyeru yang menyeru- menyeru penghuni surga- “Sesungguhnya bagi
kalian kesehatan , dan kalian tidak pernah sakit, bagi kalian kehidupan dan
kalian tidak akan pernah mati, dan bagi kalian kemudahan, dan kalian tidak akan
pernah menjadi tu. Bersenang-senang dan tidak pernah khawatir.”
Ada empat perkara yang tidak akan
ditemui di surga:
1. Kesehatan abadi tanpa pernah sakit setelah itu
2. Bagi kita kehidupan abadi dan kita tidak akan
mati
3. Kemudahan, sehingga tidak akan pernag menjadi
tua setelah itu. Kita akan tetap dalam usia muda sepanjang masa tanpa pernah
henti.
4. Bersenang-senang tanpa pernah merasa khawatir
akan kehilangan.
C. Bagaimana kita memasuki surga?
1. Pintu surga dari orang tua
a. Birul Walidaini
Yaitu berbuat baik pada ibu dan ayah, berdasarkan nash Al-Qur’an
dan Hadist.
Berdasar nash Al-Qur’an:
“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu Ayahmu dengan
sebaik-baiknya.”(QS. Al-Israa’: 23)
“katakanlah, marilah kubaca apa yang diharuskan atas kamu
oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan dia dan berbuat
baiklah terhadap kedua orang, ibu ayah.” (QS. Al-An’aam: 151)
Allah
memaklumatkan satu peritah yang wajib ditinggalkan dan haram dikerjakan yaitu
kemusyrikan. Satu perintah lagi wajib dikerjakan dan haram ditinggalkan yaitu
berbuat baik kepada ibu dan ayah.
Wajib berbuat baik kepada ibu dan ayah berdasarkan sunnah
Rasulullah Saw,
“Dari Abu Hurairah RA berkata, ‘seseorang datang kepada
Rasulullah Saw dan bertanya “ya Rasulullah siapakah orang yang paling berhak
aku layani(patuhi)? Jawab Nabi ‘ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘kemudian siapa
lagi?’ jawab nabi, ‘ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘kemudian siapa lagi?’ jawab
Nabi, ‘ibumu.’’kemudian siapa lagi?’jawab Nabi, ‘Ayahmu.” (HR. Bukhori da Muslim).
b. Khidmatul Ummi
Yaitu menngutamakan ibu tanpa mengabaikan jasa ayah.
Alasannya, karena ibu merupakan orang yang bersusah payah dan menanggung beban
derita paling besar dalam membesarkan anak.
Rasulullah memberi suatu kehormatan kepada ibu, dengan
sabdanya “surgamu ada di bawah telapak kaki ibu.” Karenanya, beliau
menganjurkan agar kita berkhidmad kepada ibu, terlebih bila dia sudah lanjut
usia. Sebab, disanalah kunci-kunci surga berada.
c. Mahabatul Ummi
Yaitu kecintaan kepada ibu. Kita harus memahami betapa
orang tua, terutama ibu, adalah orang yang sangat menyayangi kita. Besarnya
kasih sayang ibu telah mengiringi perjalanan hidup kita selama ini. Walaupun
kesusahan dirasakan demi membesarkan dan mendidik kita, ia jalani dengan penuh
kesabaran hingga akhirnya kita menjadi besar, dewasa, dan dapat hidup mandiri.
Sungguh hal yang sangat wajar bila orangtua, terutama ibu, harus dimuliakan dan
dihormati.
d. Syukur Lil Ummi
Yaitu kewajiban berterimakasih kepada ibu. Setiap manusia wajib bersyukur kepada Allah
dengan berterimakasih kepada orangtua, terutama ibu. Allah SWT berfirman:
“Dan Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,
dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)
2. Pintu Surga dari Diri Sendiri
a. Tobat
Tobat bermakna penyesalan. Sebagian ulama berpendapat
bahwa dalam tobat terkandung tiga sifat:
·
Ilmu
·
Penyesalan atas l
b. Sabar dan Syukur
c. Khawf dan Raja’
d. Fakir dan Zuhud
e. Muraqabah dan Muhasabah
f. Tawakal
g. Al-Shidq
h. Ikhlas
i.
Tafakur